1. Crash Bandicoot
Hampir semua gamer yang lahir pada tahun 90-an pasti tahu game fenomenal yang satu ini. Crash Bandicoot dibuat oleh studio game kecil bernama Naughty Dog yang sebelumnya bernama Jam Software. Didirikan pada September 1984 oleh Andy Gavin dan Jason Robin. Studio kecil ini hanya mampu membuat game-game kecil untuk publisher yang sama kecilnya dengan mereka.
Game pertama yang mereka buat setelah berganti nama adalah Rings of Power untuk Sega Megadrive, namun sayang game tersebut menuai respon negatif dan dianggap game yang buruk. Karena kegagalannya tersebut, mereka hampir saja bangkrut di fase awal pergantian nama baru mereka.
Namun Naughty Dog tak mau menyerah. Dan siapa sangka, di tengah nasibnya yang diujung tanduk, mereka malah mendapatkan tawaran kerjasama membuat 3 game dengan Universal Interactive Studios. Game pertama yang mereka buat bersama adalah Way of The Warrior. Nasib masih belum mau berubah, game tersebut menerima respon yang masih sama seperti game Rings of Power.
Setelah kegagalan keduanya tersebut, mereka tidak mau bermain-main lagi. Hingga akhirnya mereka berambisi untuk membuat sebuah game dengan konsep platformer 3D yang di mana membuat pemain tidak perlu pusing lagi soal kamera. Game tersebut diberi kode nama “Sonic’s Ass Game”. Dari sinilah mereka memutuskan mengambil gameplay linear serta Bandicoot sebagai tokoh utama.
Tercatat Crash Bandicoot berhasil terjual sebanyak 6,8 juta copy, wow! Menjadi angka yang sangat luar biasa bagi mereka pada saat itu. Berkat game ini Naughty Dog terhindar dari kebangkrutan, malahan game ini menjadi awal kesuksesan mereka. Selain itu game ini juga berhasil membawa Playstation menyaingi Nintendo pada saat itu.
2. Spyro the Dragon
Game ini dibuat oleh perusahaan game bernama Xtreme Games. Mulanya Xtreme Games memulai perjalanan mereka sebagai developer game dengan membuat game tiruan dari Doom untuk console Panasonic 3DO. Alasan yang memperkuat hal tersebut adalah karena developer-kit 3DO memang tergolong murah dan Doom juga menjadi game paling populer pada saat itu. Namun karena kurang populernya Panasonic 3DO membuat game tiruan yang mereka buat tersebut juga tidak laku banyak.
Hingga akhirnya Xtreme Games memutuskan untuk beralih ke console Sony Playstation dengan harapan mendapat keuntungan besar. Seakan nasib buruk yang tak mau pergi, lagi-lagi game yang mereka buat untuk Playstation, Disrupt, masih tak sukses dari segi penjualan meskipun mendapatkan berbagai review positif.
Melihat kesuksesan Crash Bandicoot serta demografi gamer di tahun 90-an, di mana kebanyakan remaja lebih gemar dengan game platformer. Xtreme Games memutuskan untuk membuat game platformer collectathon ala Banjo and Kazooi tapi menggunakan seekor naga sebagai tokoh utama, game tersebut mereka beri nama Spyro the Dragon dan berhasil meraih kesuksesan.
Pada saat itu juga mereka mengabil keputusan untuk mengganti nama menjadi Imsomniac Games. Berkat Spyro the Dragon beserta dua sekuelnya, Imsomniac Games kini mampu bersaing dengan Naughty Dog untuk menjadi developer andalan dari Sony.
3. Life is Strange
Dontnod Games selaku developer game ini memulai karir mereka dengan membuat sebuah game action bertema Sci-fi bernama Remember Me, namun sayang game tersebut menuai kritik buruk sehingga penjualannya pun tak memenuhi target.
Pada saat ini Dontnod Games sedang menghadapi krisis finansial dan terancam bangkrut. Dengan budget minim yang masih tersisa, mereka mencoba untuk bereksperimen membuat sebuah game dengan story driven ala Telltale Games dan akhirnya terciptalah Life is Strange.
Game yang memiliki beberapa episode bertema remaja dan time-travel ini tak disangka mendapat respon positif dari para gamer. Bahkan game ini berhasil menerima penghargaan Best Story di berbagai acara penghargaan bergengsi. Berkat kesuksesan Life is Strange, Dontnod Games akhirnya dapat bernapas lega kembali karena dapat terhindar dari kebangkrutan.
4. Conan Exiles
Funcom alami krisis finansial dan hampir bangkrut ketika game mereka The Park dan Lego Minifigures MMO ternyata gagal di pasaran dan jauh dari kata sukses. Dengan dana pinjaman dari investor, mereka mencoba untuk membuat satu game lagi yang mengikuti tren genre survival di Steam baru-baru ini.
Game itu berjudul Conan Exiles. Apabila game ini masih juga belum dapat sukses di pasaran, mereka berencana akan gulung tikar. Namun berkat fitur kontroversionalnya yaitu penis slider, game tersebut menjadi viral dan dapat menyelamatkan Funcom dari kebangkrutan.
Dalam waktu seminggu saja setelah perilisan, keuntungan yang didapat dari game tersebut sanggup melebihi modal pembuatan game dan masih dapat terus bertambah jika game ini telah keluar dari Early-Access. Lawrence Poe selaku Vice President dari Funcom, melihat kesuksesan Conan Exiles ini hanya bisa mengatakan “Siapa sangka para remaja tertawa melihat penis besar bisa selamatkan perusahaan kami?”. Hahaha.
5. Angry Birds
Siapa yang tak tahu game ini? Game fenomenal yang viral beberapa tahun belakangan ini ternyata juga mempunyai kisah sebelum kepopulernya. Angry Birds dibuat oleh Rovio Entertaiment yang sebelumnya telah membuat 51 game Java untuk publisher lain seperti Namco dan EA. Semuanya berjalan lancar hingga mereka memutuskan untuk membuat game sendiri.
Mereka hampir bangkrut di awal tahun 2009, sehingga membuat mereka berpikir mencari konsep untuk membuat satu game lagi yang dapat sukses di pasaran. Lalu dipilihlah konsep yang terdengar luas biasa dari Jaakoo Lisalo yang mengusulkan ide untuk membuat game tentang burung bulat kartun yang menabrak blok warna-warni.
Pada akhirnya game yang sempat diragukan untuk dirilis kini malah menjadi salah satu franchise mobile terbesar, hingga dibuatlah sebuah film yang mengadopsi jalan cerita dari game Angry Birds ini dan terakhir mereka dapat menjadi sponsor klub sepakbola Inggris, yaitu Everton.
6. Nier Automata
Untuk menjadi salah satu developer game action terbaik seperti yang didapatkan oleh Platinum Games bukanlah hal yang mudah dan instan. Dibalik kesuksesan mereka, terdapat kisah yang pantang menyerah. Game-game mahakarya mereka seperti Bayonetta, Vanquish, Wonderful 101, dan lain-lain, mendapatkan berbagai review positif dari para gamer.
Namun siapa sangka, jika penjualannya tak semanis isi review yang didapat. Bayonetta 2 yang merupakan salah satu sekual terbaik di era modern ini terpaksa menjadi ekslusif Wii U karena mereka tak punya biaya untuk menyelesaikan game tersebut dan akhirnya hanya Nintendo yang mau membiayai mereka.
Platinum Games makin berada pada krisis finansial ketika Microsoft akhirnya membatalkan kerjasama untuk game mereka, Scalebound. Untungnya mereka memiliki Yoko Taro selaku game director & writer yang telah membuat game Nier Automata. Hideki Kamiya selaku petinggi Platinum Games mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Yoko Taro setelah Nier Automata berhasil terjual sebanyak 1,5 juta copy secara digital.
7. The Elder Scrolls III: Morrowind
Bethesda, studio yang berhasil terkenal karena game The Elders Scrolls V: Skyrim dan Fallout 4 ini takkan menjadi sebesar seperti sekarang tanpa game yang satu ini. Morrowind menjadi game favorit dari Todd Howard selaku direktur Bethesda, karena berkat game ini mereka berhasil melewati masa-masa sulit mereka.
Mereka dilanda krisis pada akhir 90-an, hingga terancam bangkrut setelah expansion Daggerfall yaitu Battlespire dan Redguard yang terjual buruk. Bukan hanya itu, game-game mereka yang lain seperti Skynet dan The 10th pun tak laku dipasaran. Kemudian mereka bergabung menjadi bagian dari Zenimax.
Dari titik ini Todd Howard beserta tim mepertaruhkan semuanya hanya untuk game The Elder Scrolls III: Morrowind ini. Berbagai fitur ambisius diciptakan di Morrowind dan hasilnya pun memuaskan. Sejak saat itu, Morrowind menjadi game tersukses mereka dan juga menjadi standar untuk game-game yang mereka buat selanjutanya.
8. Pillars of Eternity
Obsidian Entertaiment merupakan salah satu developer RPG berbakat yang kurang diapresiasi. Mereka membuat sekual Star Wars: Knight of the Old Republic dan Fallout New Vegas yang keduanya sama-sama bagus meski proses pengembangannya yang penuh keterbatasan.
Obsidian Entertaiment hampir bangkrut ketika proyek Aliens: Crucible RPG nya terpaksa dibatalkan, dampak dari pembatalan tersebut sangat luar biasa pada finansial mereka, sebab proyek game tersebut memang sudah memakan banyak biaya untuk modal.
Mereka terselamatkan dari kebangkrutan setelah memperkenalkan proyek mereka, Pillars of Eternity kepada Kickstarter. Dengan janji memberikan Classic RPG ala Baldur’s Gate dan Planescape, Kickstarter berhasil mengantongi 4,3 juta US dollar yang jauh melebihi target mereka yaitu 1 juta US dollar.
Dengan uang lebih yang banyak tersebut, cukup bagi mereka untuk menghidupkan kembali studio mereka. Ditambah Pillars of Eternity juga sangat laku terjual di Steam. Obsidian kini berada dalam puncaknya sebagai developer RPG indie.
9. Journey
Proses pengembangan dari Journey tergolong menjadi momen yang paling menantang bagi Thatgameofcompany. Di tengah masa pengembangan, mereka kehabisan dana yang memaksa mereka untuk menunda waktu rilis game ini. Namun karena sang direktur, Jenova Chan, yang berambisius ingin game-nya ini berikan efek emosional yang luar biasa ke para pemainnya, akhirnya dia memutuskan untuk melanjutkan proses pengembangan game ini.
Para staff menjadi korban, banyak staff penting yang memilih berhenti dan pindah karena kekurangan dana yang membuat mereka tak digaji pada saat itu.
Setelah berhasil merampungkan proses pengembangan game ini, mereka melakukan game testing yang tak disangka hasilnya memuaskan. 25 game tester dibuat menangis oleh hasil akhir game. Game ini menjadi best-selling di Playstation Network dan berhasil memenangkan Game of The Year di berbagai penghargaan bergengsi.
10. Final Fantasy
Siapa sangka game fenomenal yang memiliki berbagai edisi dan selalu merilis ulang di setiap satu dekade sekali ini juga menjadi ‘pahlawan’ bagi developer-nya.
Beberapa orang mengatakan game ini diberi judul ‘Final’ karena inilah game terakhir dari sang kreator, Hironobu Sakaguchi sebeluma Ia berhenti dari studio game dan melanjutkan kuliah. Hal tersebut benar, namun terdapat cerita yang lebih besar daripada judul game ini. Yaitu Square, selaku perusahaan game ini yang terancam bangkrut karena krisis finansial pada tahun 1987 silam.
Maka dari itu, desainer di sana mencoba untuk membuat satu game lagi yang akan menjadi harapan terakhir mereka untuk bangkit. Setelah itu terciptalah game turn-based RPG bertema fantasi yang diberi nama Final Fantasy, game fenomenal yang masih eksis hingga sekarang.
Di awal rilisnya, Final Fantasy berhasil terjual 400.000 copy untuk versi Famicom dan terjual 700.000 copyuntuk versi NES. Kesuksesan yang tak disangka-sangka ini membuat Square terus menciptakan JRPG dengan formula yang sama, hingga kini menjadi salah satu publisher game terbesar yang kita kenal sebagai Square Enix.
0 komentar:
Posting Komentar